Rabu, 31 Desember 2008

Meminimalisasi Rasa Sakit Saat Bersalin Dengan Terapi Hypnobirthing

Diposting oleh Erwin Arianto di 00.19
Meminimalisasi Rasa Sakit Saat Bersalin Dengan Terapi Hypnobirthing

Melahirkan Dua Kali, Bayi Langsung Lahir

Melahirkan bayi, apalagi untuk kali pertama, kadang membuat ibu-ibu cemas. Rasa sakit luar biasa tak jarang menghantui. Untuk mengurangi rasa sakit saat melahirkan itu, kini ada terapi hypnobirthing.

BAYI berusia dua minggu itu lelap di gendongan ibunya. ”Ini yang namanya Freya,” kata Mirakel Louisa Thomarius memperkenalkan anak pertamanya. ”Lengkapnya, Freya Elaine Gunawan,” sambungnya sambil tersenyum.

Ketika melahirkan Freya 25 Juli lalu, Mira -panggilan Mirakel– mencoba menerapkan hypnobirthing. ” Ternyata benar, terapi ini sangat membantu mempercepat proses persalinan,” kata wanita 28 tahun itu.

Hanya 20 menit di ruang bersalin, bayi dengan berat 3.700 gram dan panjang 52 cm itu pun lahir. ”Saya tak menyangka bisa melahirkan secepat itu,” katanya ketika ditemui di rumahnya di kawasan Citraland, Sabtu lalu.

Mira mengenal hypnobirthing dari sebuah buku. Dijelaskan dalam buku tersebut, bahwa ibu-ibu tak perlu takut menjalani persalinan normal. Sebab, ada terapi untuk mengurangi rasa sakit ketika melahirkan, hypnobirthing. ”Syaratnya, kita harus relaks agar menjelang persalinan bisa menerapkan gerakan hypnobirthing,” jelasnya.

Dari buku itu Mira tahu ada tiga macam relaksasi dalam hypnobirthing, relaksasi otot, pernafasan, dan pikiran. Ketika mengejan, tutur Mira, otot-otot dasar panggul tak boleh tegang. Jika tegang, bayi sulit keluar. ”Akibatnya, si ibu merasakan sakit luar biasa. Sebaliknya, jika kita bisa relaks, otot dasar panggul jadi elastis. Ini akan mempermudah bayi lahir,” jelasnya. ”Disinilah pentingnya relaksasi otot,” imbuhnya.

Selain otot-otot rileks, ketika mengejan, nafas diatur melalui perut. ”Bukan dari dada. Ini yang membuat kita kuat mengejan lebih lama dibanding mengatur nafas lewat dada,” kata alumnus Fakultas Ekonomi Ubaya itu. ”Pernafasan perut berguna untuk mendorong bayi agar cepat keluar,” sambungnya.

Yang tak kalah pentingnya adalah relaksasi pikiran. Jauh-jauh hari sebelum hari H persalinan, mental ibu harus siap. Antara lain dengan berfikir positif sambil berdoa agar bisa menjalani persalinan dengan lancar.

”Janin yang ada dalam kandungan harus sering diajak komunikasi,” kata berkulit kuning itu. ”Saya sering bilang ke baby dalam kandungan untuk sama-sama berjuang. Saya berjuang mengeluarkan dan baby berjuang mengeluarkan dirinya sendiri,” tuturnya.

Pengetahuannya tentang hypnobirthing itu lalu dia konsultasikan pada dr Amang Surya SpOG, ahli kebidanan dan kandungan. ”Ternyata, dr Amang juga mengajari pasien-pasiennya yang mau menerapkan hypnobirthing ini,” ungkapnya. ”Jadi, pas deh saya gak perlu bingung mau belajar ke mana dan siapa,” lanjut wanita yang hobi nonton film drama komedi itu.

Proses persalinan Mira sudah mulai pada 22 Juli. Saat itu, sudah keluar flek dan lendir. Tapi, Mira tak merasa sakit perut. ”Saya bawa dia ke RSHU (RS Spesialis Husada Utama, Red.). Ternyata, Mira masih bukaan satu,” kata Fery Gunawan, suami. ”Mira diminta pulang dulu. Dokter Amang hanya berpesan, jika dua hari lagi belum lahir, kontrol lagi,” lanjutnya. Amang memperkirakan Mira melahirkan pada 24 Juli.

Ketika kontrol kembali, dokter menilai air ketuban sudah berkurang dan plasenta sudah cukup umur. ”Keesokan harinya (25/8, Red.), Mira diminta kembali RS,” kata pria 32 tahun itu.

Pukul 09.00, Mira opname di RSHU. Dr Amang lalu memasukkan sebuah balon berisi air 100 cc ke ruang antara mulut rahim dengan kantung ketuban. ”Setelah itu, saya disuruh jalan-jalan,” cerita Mira.

Pukul 15.30, Mira kembali diperiksa. Setelah balon diambil, Mira sudah bukaan enam. Mulai bukaan 1–6 wanita berambut pendek itu mengaku tak merasa sakit. ”Saya masih bisa cekikikan,” katanya.

Pukul 18.00, Mira masuk ruang bersalin. Saat itu, dia sudah merasa perutnya kencang. Satu jam kemudian, air ketubannya pecah. Dokter memperkirakan Mira sudah bukaan delapan. ”Saya dibimbing menerapkan hypnobirthing,” katanya. ”Setelah ngeden (mengejan, Red.) dua kali, bayinya langsung keluar. Tangisnya kuat dan keras,” imbuhnya. Proses bersalin itu hanya berlangsung 20 menit.

Mira bersyukur tak merasa sakit luar biasa ketika proses persalinan. Padahal, biasanya ibu-ibu teriak sekencang mungkin akibat rasa sakit luar biasa.”Keluarga saja sempat bingung. Tidak terdengar teriakan saya kesakitan, ujug-ujug bayi sudah lahir,” ungkapnya. ”Ada juga perawat yang bilang saya betah sakit. Padahal, saat melahirkan, saya benar-benar tak merasa sakit luar biasa,” lanjutnya.

Lain halnya dengan cerita Silvia. Wanita 27 tahun itu sebelumnya mengaku tak tahu sama sekali tentang hypnobirthing. Dia mengenal dr Amang juga secara tak disengaja. Diberitahu Mira. Silvia dan Mira teman sekamar ketika opname di RSHU. Silvia opname 24 Juli, sehari sebelum Mira masuk.

Sebelumnya, Silvia ditangani dr Pudjo Hartono SpOG. Karena dr Pudjo sedang ada tugas lain, Silvia dicarikan dokter pengganti. ”Tapi, saya tak sreg dengan dokter pengganti itu,” katanya.

Di tengah kebingungan, Silvia bertanya ke Mira. ”Mira bilang dia ditangani dr Amang. Katanya, orangnya baik,” kata Silvia. ”Akhirnya, saya juga minta ditangani dokter Amang,” lanjutnya.

Sehari opname, pembukaan tak kunjung bertambah. Baru 1-2 saja. Pembukaan naik 3-4 pada 26 Juli pukul 04.00. ”Terus terang saat itu saya mau menyerah. Gak kuat lagi menahan sakit,” katanya. Bahkan, Silvia mengaku tekanan darahnya sempat tinggi. Hanya, dia tak ingat angka pastinya. ”Mungkin stress kali ya, kok tidak lahir-lahir.”

Istri Eddie Lai itu tambah panik karena teman sekamarnya sudah melahirkan. ”Mira itu datang pagi, sorenya sudah melahirkan. Lha, saya sudah dua hari opname, bayinya gak lahir-lahir,” ungkapnya.

Kemudian, seorang perawat mendatanginya, menenangkan hatinya, berusaha merilekskan pikiran, dan otot-otot tubuhnya. ”Saat itulah saya diajari teknik hypnobirthing,” katanya.

Setelah tenang dan rileks, Silvia diminta melakukan lagi gerakan-gerakan hypnobirthing. Tapi, dia malah kebablasan tidur. Pukul 06.00, dr Amang visite ke Silvia. Saat itu, dia dibimbing lagi untuk menerapkan gerakan hypnobirthing. ”Saat itu saya kurang konsentrasi karena sudah mulai sering kesakitan akibat kontraksi,” katanya. ”Saya malah sempat muntah karena sudah lemas,” lanjutnya.

Perawat kembali membimbing Silvia melakukan gerakan hypnobirthing. Namun, ”Saya kebablasan tidur lagi,” akunya. Pukul 10.00, Silvia sudah bukaan enam. Dua jam kemudian bukaan delapan kemudian masuk ruang bersalin.

Dibimbing perawat, ibu rumah tangga ini mencoba menerapkan gerakan hypnobirthing. ”Satu jam kemudian, bayinya keluar. Itu setelah ngeden dua kali,” katanya. Anak pertamanya itu berjenis kelamin laki-laki, dengan berat lahir 2.550 gram dan panjang 47 cm. Namanya, Hayden Stefan Lai

Dia mengaku tak merasakan sakit luar biasa saat melahirkan. ”Rasa sakit ketika bersalin tak separah ketika kontraksi membuka jalan lahir. Lebih sakit ketika pembukaan jalan lahir,” katanya.

Hypnobirthing, kata dr Amang, merupakan salah satu terapi untuk mengurangi rasa sakit ketika persalinan. Dalam terapi ini, dokter tidak bertindak sebagai hypnoterapis. Tapi, si ibu lah yang harus menghipnotis dirinya sendiri.

”Ibu harus mengubah mindset bahwa melahirkan itu sakitnya luar biasa. Tapi, menganggap bahwa melahirkan merupakan proses alamiah,” terangnya. Bila mental sudah siap, akan rileks saat melahirkan nanti. ”Dalam kondisi tenang, produksi hormon endorphin meningkat. Dengan demikian, rasa nyeri dan sakit bisa diminimalisir,” katanya.

Dr Amang baru sekitar dua bulan terakhir menerapkan terapi tersebut. Selama kurun waktu itu, setidaknya 30 ibu-ibu menerapkan terapi itu di beberapa rumah sakit.

Dia memang selalu menawarkan ke pasiennya untuk menerapkan hypnobirthing. ”Terapi ini sangat bagus untuk membantu proses persalinan. Dan, saya menganggap persalinan normal jauh lebih baik daripada caesar,” katanya.

Persalinan normal banyak untungnya. Antara lain, proses recovery ibu cepat. Dengan demikian, ibu bisa segera melakukan inisiasi dini pada bayinya. Biayanya juga relatif lebih murah. Selain itu, efek psikologis antara ibu dan anak juga terjalin kuat. ”Saya anjurkan ibu-ibu melakukan persalinan normal jika bisa. Untuk mengurangi rasa sakit, bisa menerapkan hypnobirthing ini,” ujarnya. NUR AINI ROOSILAWATI

Sumber: www.jawapos.co.id ( Lembar Metropolis halaman 29, Senin 11 Agustus 2008 )


0 komentar:

 

Info Ibu, Bayi & Keluarga Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea